Laporan Indeks Harga Konsumen bulan Agustus akan menjadi yang terakhir sebelum pertemuan kebijakan Fed yang dijadwalkan pada 20-21 September. Ketiga indeks acuan kembali naik di tengah spekulasi bahwa inflasi telah mencapai puncaknya.

Mungkin, Survei Ekspektasi Konsumen dari Fed New York yang dirilis pada hari Senin juga meningkatkan sentimen pasar. Laporan tersebut mengungkapkan bahwa konsumen memperkirakan inflasi akan menurun pada bulan Agustus menjadi 5,7 dari 6,2.

Banyaknya indikator yang menunjukkan penurunan inflasi telah menghidupkan kembali harapan untuk kenaikan suku bunga sebesar 50 bps. Kini, para trader mencoba untuk mencari tahu apakah inflasi telah melemah untuk bulan kedua secara berturut-turut. Jika demikian, hal itu dapat memengaruhi sikap Fed serta perekonomian global.

Selain itu, periode blackout telah dimulai sebelum pertemuan FOMC, artinya tidak akan ada pidato atau pernyataan hingga 21 September. Oleh karena itu, ketidakpastian pasar semakin meningkat. Selain itu, bahkan jika inflasi telah mencapai puncaknya, regulator hampir tidak akan mengubah sikap hawkish-nya. Pihak berwenang Fed memperingatkan tentang asumsi tersebut pekan lalu. Mereka menyatakan bahwa angka inflasi jangka pendek tidak cukup untuk menjauh dari pengetatan moneter.

Jadi, kenaikan suku bunga sebesar 75 bps untuk ketiga kalinya secara berturut-turut terlihat lebih mungkin terjadi. Menurut CME FedWatch, kemungkinan kenaikan 75 bps, yang sekarang diperhitungkan oleh para trader, berkisar antara 89 hingga 93%.

Jika inflasi di AS benar-benar mencapai puncaknya, bisa memperpendek siklus pengetatan moneter. Untuk pasar saham cukup bullish, sedangkan untuk Dolar AS adalah faktor penurunan.

Tekanan pada Greenback meningkat karena selera risiko tumbuh di tengah harapan bahwa inflasi telah melewati level tertinggi. Selain itu juga menurun karena kebijakan hawkish dari bank sentral lainnya. Di sesi Asia, indeks Dolar AS diperdagangkan pada level 107,96 terhadap para pesaingnya.

Penurunan overnight sebesar 0,7% adalah yang terbesar sejak bulan Agustus. Dalam empat sesi terakhir, mata uang AS telah terdepresiasi sebesar 2% dalam antisipasi data CPI. Hari ini, Dolar AS bergerak di channel ke bawah, di level 107,96-108,29.

Namun, para analis meyakini bahwa ini hanya penurunan jangka pendek sebelum kenaikan stabil. Momentum bullish akan kuat selama Greenback diperdagangkan di atas level support 7-bulan di 106. Pengetatan agresif dan ketahanan ekonomi tetap menjadi pendorong utama.

Seperti biasa, Yen semakin naik sementara Dolar AS menurun. Di sesi Asia, pasangan Dolar/Yen telah menembus 142,11 namun melambung kembali tak lama setelahnya, diperdagangkan di channel sideways di 142,02-142,85.

Dolar AS naik tipis terhadap Yen hingga 142,28. Namun demikian, pasangan ini bergerak di antara koridor bearish. Yen diperdagangkan di bawah level tertinggi 24-tahun di 144,99, tertinggi sejak awal 1980-an.

Pihak berwenang BoJ terus mengisyaratkan intervensi untuk menghentikan mata uang nasional yang terus melemah. Sejauh ini, mereka hanya melakukan intervensi verbal karena Yen yang lemah memiliki pro dan kontra. Jadi, perubahan tajam cukup berisiko.

Jepang saat ini adalah satu-satunya ekonomi G10 dengan inflasi inti secara signifikan di bawah 2%. Sementara itu, Yen yang lemah meningkatkan harga impor, melumpuhkan beberapa bisnis dan standar hidup rumah tangga.

Terlepas dari kenyataan bahwa Kementerian Keuangan telah menyatakan keprihatinan tentang pergerakan tajam Yen, mereka tidak akan mengambil tindakan untuk melemahkannya. Oleh karena itu, posisi long lebih diminati meskipun risiko reversal tren lebih tinggi sekarang.

Aussie juga menguat di tengah optimisme Wall Street dan meningkatnya selera risiko. Hari ini, pasangan AUD/USD mencapai 0,6895. Di sesi Asia, mata uang Australia memanfaatkan Dolar AS yang melemah, bergerak naik di kisaran 0,6863-0,6899.

Selain itu, berita dari Tiongkok juga mendorong pertumbuhan Aussie. Meskipun terjadi kesengsaraan ekonomi, Tiongkok merilis data inflasi yang positif. Bank sentral berjanji untuk tetap pada sikap dovish. Namun, harga minyak anjlok karena krisis energi yang mendalam di Eropa dan turunnya permintaan di Tiongkok sebagai importir utama minyak mentah. Secara alami, hal itu berdampak buruk pada mata uang komoditas.

Demikian berita hari ini. Kami berusaha keras untuk membuat ulasan video yang informatif sehingga Anda dapat meningkatkan hasil trading! Berlangganan saluran kami dan dapatkan berita forex terbaru! Sampai jumpa!


00:00 Intro
00:22 EKSPEKTASI DATA CPI
01:54 USDX
02:44 USD/JPY
04:05 AUD/USD
https://www.ifxcap.com/id/

#berita_forex #asia_sesi #instaforex_tv